Biografi Pemimpin Kabupaten Tangerang

Biografi  Pemimpin  Tangerang
Penulis penah membaca buku saku Pak Ismet Iskandar waktu 5 tahun yang lalu, namun buku itu di cari sudah tidak ada, tahun September 2006 Hal senada dikatakan Bupati Tangerang, H. Ismet Iskandar yang dalam sambutannya mengajak elemen pedagang kecil untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Puwnten.
“Ini adalah untuk kepentingan masyarakat. Jadi silakan nanti para pedagang yang punya toko kecil kalau mau bersatu bisa juga memiliki toko seperti ini. Tapi namanya bukan Alfamart, tapi Puwnten Mart,” cetus Ismet Iskandar. http://www.radarbanten.com waktu itu Pak Ismet Iskandar telah menjadi Bupati dan penulis melihat dan mendengarkan pidato pembukaan Alfa Mart yang di kelola oleh PUWTEN “ Paguyuban Warga Banten di Cikupa RT 01/01  nach ini biodata sekilas tentang Pak Ismet Iskandar:
Nama Lengkap            Drs. H. ISMET ISKANDAR
Tempat dan Tanggal Lahir      Rangkas Bitung, 02 Mei 1948
Alamat Giri Loka III Sektor IV No. 17
Rt. 01 Rw. 01 Lengkong Wetan
Serpong – Kabupaten Tangerang – Banten
Nama Istri       Hj. Chandra Elia
Jumlah Anak    3 orang
1. Ahmed Zaki Iskandar
2. Intan Nurul Hikmah
3. Ahmed Zulfikar Ibrahim A
Istilah Pak Ismet Iskandar atau di sebut Pa’ Adeng adalah pemimpin yang merintis karirnya dari dasar. Meski sempat menumpang lahir di daerah sedikit ke Barat, ia adalah anak bumi-putera. Sepanjang titian karirnya yang mendaki setapak demi setapak, ia merasakan kegundahan yang kian hari kian mengusik tidurnya. Apalagi, di awal karirnya, ia mempersunting dara daerah ini yang meski putri orang yang sangat terpandang, tak segan mendampinginya menjelata. Sang istri pun membantu karir Pa’ Adeng dengan memberikan sumbangsih yang luar biasa, amat sangat luar biasa.
Barangkali itulah sebabnya, sesaat menjelang diresmikannya dua bangunan monumental, Pa’ Adeng sering kelihatan berkaca-kaca. Masjid Al-Amjad dan Tangerang Islamic Center adalah prioritas utama beliau disamping persoalan pendidikan dan prasarana jalan. Dan itu sangat logis. Al-Amjad akan menjadi monumen abadi dari perjalanan kepemerintahan yang manipulatif. Mesjid itu tidak kunjung jadi bukan lantaran faktor finansial. Mesjid agung di Tigaraksa itu harus menunggu 12 tahun untuk hadirnya satu komitmen yang tegas bagi penyelesaian pembangunannya.
Bagi Pa’ Adeng, monumen yang juga menjadi landmark itu jauh lebih baik dalam wujud sebuah mesjid, daripada berupa airmancur menari, tugu pencakar langit, jembatan penyeberangan yang salah tempat, maupun gerbang-gerbang raksasa yang sesungguhnya cuma space iklan.
Sementara terhadap Islamic Center, jelas bahwa Tangerang yang agamis harus mewujud konkrit. Lagi pula, umaro yang baik adalah yang senantiasa berada di pintu ulamanya. Islamic Center disamping sebagai sentra syiar dan dakwah, sentra kebudayaan Islamiah, ia adalah ‘rumah’ para ulama kita –ia adalah sentra silaturrahim ulama, umaro dan ummat kita.
TANPA terasa, dua tahun berlalu sudah. Dua monumen mewujud sudah, secara fisik. Padahal, dua tahun ini begitu banyak perubahan ideologis, filosofis dan non fisik lainnya yang telah tertata. Banyak yang tak terbaca, tak tertangkap mata. Mereka hanya bisa tertangkap rasa. Pa’ Adeng pun sepertinya sengaja tidak mempermaklumkannya dalam propaganda. Tapi, siapapun tahu, orang yang seperti apa yang berani ‘melabrak’ gubernur, menteri, ketua umum pssi…, ah.
Tulisan ini sengaja didedikasikan bagi Pa’ Adeng, sebagai ucapan selamat atas selesainya pembangunan fisik Mesjid Al-Amjad dan Tangerang Islamic Center. Semoga Allah mencurahkan limpahan rahmat, hidayah, kesehatan dan umur panjang serta rezeki baginya. From http://semburatjingga.blogspot.com

R a n o K a r n o lahir di Jakarta, 8 Oktober 1960, sebagai putra ketiga dari enam bersaudara, pasangan Soekarno M. Noer (Minang) dan Istiarti M Noer (Jawa) adalah seorang aktor Indonesia yang terkenal sebagai “Si Doel” dalam film sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Ayahnya adalah seorang aktor kawakan, selain itu dia juga mempunyai saudara kandung yang juga turut bermain film yaitu Tino Karno dan Suti Karno. Rano menikah dengan Dewi Indriati pada 8 Februari 1988 dan dikaruniai 2 orang anak, Raka Widyarma dan Deanti Rakasiwi.
Atas rekomendasi Prof Dr Emil Salim, Rano Karno pernah diangkat sebagai duta khusus Indonesia dalam bidang pendidikan oleh UNICEF, sebuah badan di PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) yang bergerak dalam bidang pendidikan
Karir politik. Di awal tahun 2007, Rano pernah berpamitan kepada insan film nasional, untuk lebih berkonsentrasi dalam ‘karir baru’-nya sebagai Calon Wakil Gubernur (Cawagub) DKI Jakarta. Rano kembali mengejutkan publik di penghujung 2007 dengan menyatakan bahwa dirinya telah ditetapkan sebagai Calon Wakil Bupati (Cawabup) Tangerang sesuai dengan keputusan partai pendukungnya untuk mendampingi Calon Bupati Ismet Iskandar pada Pilkada Tangerang 2008. Pasangan ini kemudian terpilih sebagai pemenang dan Rano menjadi Wakil Bupati Tangerang untuk periode 2008-2013.
Sedikit informasi tentang pandangan wakil Bupati :
Apa “mimpi” atau Visi Bapak untuk membangunan Kabupaten Tangerang dalam kerangka waktu 20 tahun kedepan?
Rano Karno : Sebagai Wakil Bupati, saya memiliki harapan untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Tangerang yang sejahtera dan beriman, mampu bersaing di era globalisasi, serta kritis terhadap lingkungannya
sebagai seorang ayah, apa “mimpi” bapak untuk anak-anak?
Rano Karno : tentu saja saya ingin mereka dapat melebihi saya, tapi saya tidak pernah mengarahkan mereka untuk menjadi seperti saya. Jujur saja dulu saya pernah dilarang oleh orang tua saya untuk menjadi seniman karena pada saat itu seniman masa depannya tidak jelas. Oleh karena itu saya tidak pernah memaksakan anak saya mau menjadi apa, yang penting saya mau mereka dapat melebihi saya. Kemarin anak saya menanyakan pak enaknya jadi apa ya pak. Anak saya yang besar bilang mau jadi pemusik, yaa saya bilang kalau mau jadi pemusik jadilah pemusik yang baik. Lalu anak saya yang kecil bilang, tapi aku nggak mau jadi pemain film kaya ayah, soalnya capek.
Enak mana jadi artis atau politikus?
Rano Karno : waduhhhhh.. pada intinya saya hanya ingin mengabdi dan memberikan contoh yacng baik untuk masyarakat. Sebagai contoh, saya adalah perokok, tapi mana pernah si doel ngerokok, karena saya nggak mau orang berpendapat, gara-gara si doel anak gue jadi perokok, nah gitu. Pada dasarnya sama saja hanya lingkup dan lingkungannya saja yang beda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages