Melestarikan Kearifan Lokal Sentra Serat Alam Topi Bambu dan Tenun Banten

Pasar tradisional pada tahun 1863 West Kwartier Van Batavia terdapat di Tangerang dengan membangun di Balaraja dan Mampang kemudian membangun di Mauk. Pada akhir abad ke 19 pemerintah membangun Pasar Baru yang lokasinya tidak jauh dari Bendungan Cisadane (Tangerang dari masa ke masa)

Agus Hasanudin TopiBambu

Reporter  Halo Indonesia DAAI TV

Pasar bukan hanya berfungsi sebagai pusat aktivitas perdagangan, melainkan juga sumber pekerjaan penduduk di luar perdagangan. Sebagai penduduk Tangerang bekerja di industri rumah tangga, khusus kerajinan topi dari Bambu dan Pandan.Pemasaran topi Tangerang di dalam negeri dilakukan oleh pedagang cina dan sebagian di lakukan oleh pedagang Arab. Topi Tangerang yang dijual belikan oleh pedagang berbangsa Belanda dan Eropa lainnya, Sangat laku di Eropa dan Amerika Pada tahun 1913  sampai 1931 di jual paling tinggai 41 sen per topi pada tahun 1928 .



Keberadaan komunitas Topi Bambu 2010 dan Yayasan Topi Bambu 2015 merupakan bagian penting tidak terpisahkan dalam melanjutkan kerajianan tradisional Topi Tangerang hingga saat ini, DenganYayasan ini secara legal kami pun bersinergi fentahelik  dengan berbagai Akademisi, Komunitas,Pemerintah, Pengusaha (Bisnis)  agar kerajinan tradisonal Banten yang banyak potensi serat alam dan Tenun Baduy yang merupakan Warisan Budaya Tak Benda (WWTB) harus terus di lakukan  dengan menciptakan Karya Kreatif dan Inovatif sehingga Kerajinan Tradisional Tenun Baduy  dari Banten tetap lestari dan terus memberikan manfaat dan dampak eknomi bagi masyarakat. Semoga kegiatan bersama dengan program Halo Indonesia  DAAI TV  untuk melakukan promosi dan publikasi agar kerajinan tradisional ini tetap lestari dan terus di kembangan kepada generasi penurus ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages