Spesifikasi Topi Anyaman Bambu
Potensi Sumber daya alam khususnya bambu yang berada di Tangerang dengan jumlah 246 Desa ini masih banyak desa atau kampung tanaman bambu meskipun perkembangan sejak tahun 1990 telah ada Pembangunan perumahan hingga saat ini, dan Tangerang merupakan Kota 1000 Industri dengan jumlah 29 Kecamatan dengan jumlah 3,5 Juta Penduduk lebih saat ini dengan berbagai macam suku dan ethis saat ini. Namun hasil pengamatan dan analisa selama 10 tahun terakhir selama berdirinya Komunitas Topi Bambu dengan founder Kang Kombor dan kawan kawan, Komunitas topi bambu masih eksis dan terus melestarikan kerajinan Topi Anyaman Bambu ini tidak punah, Membuat inovasi dan kreatifitas produk dari anyaman bambu, Melestarikan tradisi menganyam topi sejak dulu hingga saat ini masih ada dan menjadi produk budaya agar hasil produksi topi bambu dapat di pakai menjadi muatan lokal dan pendapatan masyarakat sebagai tambahan uang harian untuk kebutuhan sehari hari.
Kerajinan Tradisional Anyaman Topi Bambu TangerangTopi anyaman bambu atau biasa di perajin disebut ilaban, Hasil penelitian dan analisa Kangagush (Co-Founder Komunitas Topibambu ) spesifikasi topi anyaman bambu Tangerang (Ilaban ) ini memiliki keunikan yang berbeda dengan perajin lokal maupun luar negara ( Thaiiland atau Panama) yaitu mimitian (Proses pembuatan pertama untuk topi). Proses pembuatannya dilakukan secara manual (Handmade) dari proses bahan bambu hingga menjadi iratan tipis lembaran tipis selesai kertas dan menjadi iratan untuk di buat topi (ilaban)
Sejarah
Topi bambu sejak awal tahun 1800 sudah ada di tangerang dan pembuatan tradisi menganyam topibambu ini sudah menjadi taradisi kala itu dari anak anak hingga dewasa membuat anyaman topi bambu sebagai mata pencaharian tambahan. Di tahun 1887 telah berdiri Perusahan topi bambu di Tangerang saat jama Kolonial Belanda saat ini di Sanggereng Kota tangerang sudah beridiri sejak 1993 waktu itu untuk di proses menjadi topi siap pakai (Produksi) lengkap di dalam buku " Kerajinan Topi Bambu Di tengah Arus Zaman Potensi Industri dan Ekonomi Kreatif masayarakat Tangerang" oleh DR.Rahayu Permana,M.Hum dan Agus Hasanudin,ST.
Topi Ilaban (Syimkayo)
Topi anyaman bambu yang masih dasar sebelum di proses di sebut Ilaban, topi ini dahulu di pakai untuk petani, dan kebutuhan zaman Belada kala itu untuk seragam pasukan Tentara (KNIL). Namun pembuatan topi ini hampir meredup karena setelah tahun 1930 topi bambu tidak lagi ekspor ke luar negeri kala itu karena adanya krisis ekonomi dunia dan banyaknya persaingan topi dari bahan kain.
Topi anyaman ini merupakan tradisi budaya saat ini masih ada dan terus di kembangan oleh Komunitas Topi Bambu, Sesuai araha dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menjelaskan dalam diskusi pengembangan Masayarakat desa. Potensi tradisi budaya melalui kerajinan anyaman atau subsektor ekonomin kreatif akan memberikan kemajuan budaya untuk mengembalikan potensi yang dimiliki Desa, sehingga masyarakat dapat mengembangkan dan mampu mensejahterakan melalui ekosistem budayannya.
Untuk menuju Desa Berbasis Budaya harus memiliki keunggulan dan ketahanan tradisi atau potensi kearifan lokal yang di miliki, sehingga Ketahanan Desa sebagai pendorong pembangunan yang berkelanjutan dapat digali dan dilestarikan hingga kedepan.
Museum Heritage 1001 Topi Bambu
Sejak di raihnya Rekor Dunia dari MURI tahun 2011 oleh Komunitas Topi Bambu sebagai topi berdiamter 2 Meter dengan berat 2 Kg oleh Inisiator Agus Hasanudin di buat secara handmade sehingga membuktikan bahwa potensi masyarakat tangerang tradisi menganyan masih ada hingga saat ini sekitar 3000 para pengrajin tersebar di 30 Desa Kab.Tangerang hingga saat ini hasil penelitian dan survei yang dilakukan (19/04/2021).
Harapan akan ini menjadi mimpi agar mejadi tempat edukasi, tempat wisata heritage dan desa wisata agar generrasi yang akan datang mengetahu tradisi budaya ini yang menggambarkan bahwa sejak kolonial sudah ada Industri Topi bambu di Tangerang dan sejak 1943 menjadi logo /icon Topi Bambu di Pemda Kab. Tangerang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar